FKPT NTB Ajak Perempuan Top Viralkan Perdamaian

LOMBOK BARAT (Lombokexpress.id)-Sebanyak 100 orang peserta perempuan terdiri dari unsur Pemerintah, Perempuan Lintas Agama, Organisasi Perempuan dan Organisasi Mahasiswa serta pelajaran berkumpul di Bencingah Agung, Kantor Bupati Lombok Barat untuk menghadiri kegiatan “Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif (TOP) Viralkan Perdamaian Dalam Pencegahan Radikalisme Dan Terorisme Melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Nusa Tenggara Barat,” yang dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTB, Kamis (30/6).

Dalam laporannya Ketua FKPT NTB yang diwakili oleh Sekretaris FKPT NTB Dr. H Lalu Sajim Sastrawan, S.H., M.H. menyampaikan, tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan gambaran secara jelas kepada masyarakat khususnya perempuan mengenai terorisme di Indonesia, meliputi ancaman, kerawanan, hingga pertumbuhannya, sebagai bagian dari kewaspadaan bersama dalam upaya pencegahan terorisme.

“Semoga peran serta masyarakat, khususnya Perempuan dalam rangka sinergi pencegahan terorisme di daerah melalui FKPT Nusa Tenggara Barat semakin meningkat. Sehingga perempuan bisa menjadi Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif sehingga dapat menginspirasi lingkungan sosial melalui aktivitas positif yang konsisten dan konkret,” tutup Lalu Sajim.

Direktur Pencegahan BNPT, R. Ahmad Nurwakhid melalui Kasubdit Kerja Sama Asia Pasifik dan Afrika Kolonel Sus Harianto, S.Pd.,M.Pd., yang membuka kegiatan, mengatakan radikalisme dan terorisme menjadi salah satu tantangan besar bagi keamanan masyarakat dan kedaulatan bangsa ini.

“Perempuan memiliki posisi sangat vital dalam keluarga bahkan dalam masyarakat secara lebih luas. Perempuan memiliki peran strategis dalam membentengi keluarga dan masyarakat dari segala bentuk penyebaran dan ajakan kelompok radikal terorisme. Seorang Ibu bisa menjadi partner dialog anaknya. Sebagai seorang istri, perempuan bisa menjadi partner diskusi suaminya dalam berbagai hal, sebagai contoh dalam pemahaman ajaran agama. Perempuan diharapkan bisa menjadi filter awal dari setiap kejanggalan yang ditemukan dalam keluarga masing – masing,” ujarnya.

Seorang Ibu bisa menjadi partner dialog anaknya. Sebagai seorang istri, perempuan bisa menjadi partner diskusi suaminya dalam berbagai hal, sebagai contoh dalam pemahaman ajaran agama. Perempuan diharapkan bisa menjadi filter awal dan pendeteksi awal dari setiap kejanggalan yang ditemukan dalam keluarga masing – masing.

Ibu adalah Madrasah pertama bagi anak-anaknya. Maka dengan “soft power approach” yang dimiliki kaum perempuan terutama ibu, keluarga akan menjadi damai, dan Indonesia semakin kuat, menuju kejayaan dan menjaga NKRI, serta paham radikalisme maupun terorisme dapat dicegah.

“Oleh karena itu, kami mendorong simpul-simpul organisasi perempuan yang hadir pada kegiatan ini untuk mampu menjadi agen perdamaian, mengorganisir massa dan menumbuhkan kesadaran untuk bersama-sama melawan segala bentuk paham dan propaganda kelompok radikal terorisme setidaknya untuk lingkungan keluarga dan organisasinya masing – masing,” tutupnya.

Mila Viendyasari, M.Si., Peneliti & Pengajar Universitas Indonesia, juga menjadi narasumber pada kegiatan ini. Beliau memberikan materi dengan tema materi dengan tema Nasional Perempuan dan Kecakapan Digital. “Tanpa disadari kita lebih banyak menggunakan internet dalam berkomunikasi seperti melalui media sosial (whatsapp, facebook, Instagram) serta surat elektronik (email) dibanding berkomunikasi secara langsung, karena kita menganggapnya lebih efektif dan efisien,” pungkasnya.

Beliau mengajak untuk memberantas hate speech di media sosial. Kita harus pikirkan dulu apa pentingnya memberikan komentar pada postingan di media sosial. “Etika dan tata krama yang kita diajarkan sejak dari kecil, jangan sampai lutur saat berada di dunia maya,” ujarnya.

Mila juga memberikan tips smart life & health living di era digital, yaitu berempati terhadap siapapun di internet, posting hal-hal positif. Kemudian berpikir terlebih dahulu sebelum mempublikasikan ide, foto, atau video. Lebih selektif menerima atau menambah teman, khususnya yang belum dikenal. Dan blokir atau hentikan komunikasi dengan orang atau yang membuat kita tak nyaman.

Pada kesempatan yang sama Peneliti Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Mataram, Dr. Abdul Wahid, M.Ag. M.Pd, yang juga menjadi narasumber menjelaskan tentang potensi radikalisme di daerah dan pencegahannya melalui kearifan lokal.

Kegiatan ditutup oleh Dr. Muhasim, M.Ag dari FKPT NTB sebagai modetator. Beliau mengingatkan bahwa pencegahan terorisme merupakan kewajiban kita semua sebagai warga negara Indonesia, para peserta yang hadir disini menjadi wadah ilmu yang bisa membagikan pengetahuan kepada orang-orang lain disekitar kita. Semoga apa yang peseta dapatkan hari ini tidak terputus sampai hari ini, dan terus dikumandangkan untuk mencegah paham-paham radikalisme dan terorisme. (*/red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *