“Sebelum pukul 02.00 Wita dini hari, bapak-ibu sudah harus bangun. Kita akan berangkat ke Teluk Saleh pukul 02.00 Wita, teng. Kalau tidak, kita akan ditinggal Hiu Paus yang kita mau lihat di Teluk Saleh, Sumbawa,” kata Nurhaedin.
Sesuai instruksi dan takut ketinggalan bus, pukul 01.30 kami berdua (saya dan anggota BPPD Badrun), sudah terjaga. Berjalan dari kamar menuju titik kumpul di restoran hotel lalu menuju tempat parkir mini bus, Hiace.
Menunggu sebentar di restoran, sepi, gelap. Kami minta petugas restoran menyalakan lampu. Namun sampai waktu berangkat tiba pukul 02.00, belum juga ada tanda tanda kehidupan.
Sebanyak 31 peserta gathering promosi pariwisata Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) dan anggota asosiasi pariwisata di Sumbawa, sepertinya belum semuanya siuman.
Sampai pukul 02.18 baru sebagian kecil peserta yang nongol. Hiace belum penuh.
Ketua BPPD Sahlan M Saleh dan Nurhaedin, Direktur Eksekutif yang ditunjuk sebagai koordinator datang inspeksi ke tiga Hiace, menanyakan dua peserta gathering belum ada.
Pukul 02.23, kami belum juga berangkat dari hotel Seaside Hotel Samawa ke Teluk Saleh yang memakan waktu tidak sampai satu jam lebih. Beberapa peserta belum “bangun”.
Sekretaris BPPD juga ikut sibuk menghubungi wakil ketua BPPD Dewantoro yang juga ditanyakan belum ada di bus.
Hampir setengah jam lebih melakukan “pemanasan” belum juga berangkat.
Jam menunjukkan pukul 02.30. hiace masih sabar menunggu penumpangnya yang ngaret.
Pukul 02.35, Ketua BPPD Sahlan muncul lagi inspeksi. “Ada Agus di sini,” tanya dia lagi yang dijawab salah penumpang, tidak ada.
“Hilang sudah ikan hiu paus kalau kita belum juga berangkat,” kata Badrun.
Molor 40 menit. Pukul 02.40 Wita, Hiace beranjak dari parkiran hotel Samawa Seaside.
Setelah penumpang dinyatakan klop, pukul 02.41 mini bus baru bergeser dari tempat parkir melaju ke Teluk Saleh yang menurut Mbah Google berjarak 27,3 km dari hotel.
Hiace bernomor 03 yang kami tumpangi bersama Sekretaris BPPD HL Fatwir Uzali dan dua anggota Badrun dan Mustamar, terbirit birit ke tempat tujuan.
Jalannya sudah cukup mulus namun berkelok kelok dan harus ekstra hati hati. Sesekali hewan ternak, kuda dan sapi liar main ke tengah jalan.
Pukul 4.29, kami tiba Labuhan Jambu, Teluk Saleh. Suasana belum ramai. Hanya ada tiga bus mini kami dan dua mobil yang parkir. Beberapa di antaranya duduk duduk di Berugak. “Baru tiga vila yang terbangun,” kata Kadis Pariwisata Najamuddin Malady, yang melintas di depan hotel di Labuan Jambu.
Pukul 04.55, rombongan menaiki 3 boat yang mengantar ke Teluk Saleh, rumah hiu paus itu. Tiap boat berisi 15 orang. Namun kami bersembilan saja. Ada Kabid Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Dispar NTB, Chandra Aprinova dan stafnya Yunan. Sekretaris BPPD, tiga anggota BPPD, saya dan Badrun, Mustamar.
Perjalanan ke “sarang” hiu paus kata nakhoda akan menempuh waktu sekiar 1 jam lebih. “Insya Allah aman, gelombang laut kecil,” katanya menghibur.
Boat diesel yang berisik menyusuri laut yang tenang. Untuk membuang waktu, sebagian dari sembilan penumpang bincang riang. Topiknya tak jauh jauh dari soal paket wisata. Sementara yang lain terlelap dan main hape walau sinyal tak normal. Pukul 06.00 Wita rombongan tiba di titik kumpul di hiu paus.
Gunawan, salah satu pemandu wisatawan setempat menjelaskan ada sekitar 60 titik Bagan di Teluk Saleh yang bisanya menjadi tempat bermain hiu paus. Tapi pagi ini baru 6 Bagan yang turun.
Bagaimana cara mengundang si hiu paus agar mau mendekat?Gunawan yang sudah dua tahun jadi pemandu wisatawan ke obyek hiu paus menuturkan harus dipancing dengan ebi atau anak udang. “Pemilik Bagan menabur ebi ke laut dan bisanya cepat. Tapi tumben kali ini agak lama hiu paus muncul.
Lalu pemilik bagan yang menabur umpan dapat apa? Gunawan menjelaskan kalau hiu pausnya muncul, pemilik Bagan akan mendapat bayaran Rp 1.000.000 dari boat atau kapal. ”Kalau tidak muncul pemilik Bagan, tidak dapat apa apa,” katanya.
Menyambut kedatangan si hiu paus, puluhan wisatawan spending time (menghabiskan waktu, Red) dengan berenang di sekitar bagan dan boat di sekitar bagan.
Ketua BPPD Sahlan M Saleh dan Kabid Destinasi Dispar tampak ikut main air bersama bule bule seger dengan pakaian minimnya. “Cantik ini bro,” celetuk salah satu yang ikut main air. Bule bule tampak riang menikmati air laut nan jernih.
Masih menurut Gunawan, mulai Januari sampai September hiu paus rajin main ke Bagan. Namun entah mengapa sejak awal Oktober ini, jarang nongol lagi. “Belakangan ini saya selalu khawatir dengan kemunculan hiu paus yang tak menentu,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Jamaluddin Maladi menilai wisata berburu whale shark (hiu paus) di Sumbawa membawa dampak positif bagi penduduk setempat. Seiring meningkatnya jumlah wisatawan yang tertarik dengan petualangan laut ini, banyak penduduk lokal yang mulai menyediakan layanan wisata, dari penyewaan perahu hingga penginapan ramah lingkungan yang berfokus pada pelestarian alam. “Memang belum lengkap,” kataya.
Selain itu, pemerintah daerah setempat dan komunitas lokal juga bekerja sama untuk memastikan keberlanjutan wisata ini dengan menjaga populasi whale shark dan lingkungan perairan. Berbagai aturan diterapkan agar interaksi antara wisatawan dan hiu paus tetap dalam batas yang aman. Seperti larangan menyentuh atau mengejar whale shark. “Tatakelolanya harus diatur,” katanya.
Dengan perpaduan antara keindahan alam Sumbawa yang memukau dan pengalaman bertemu langsung dengan whale shark, destinasi ini pantas masuk dalam daftar perjalanan wajib bagi para pencinta laut.
Mari berpetualang, dan rasakan sensasi mendebarkan bertemu dengan raksasa laut di Sumbawa. (abdus syukur)
Keterangan Foto:
Para wisatawan menunggu kedatangan hiu paus di Teluk Saleh. (has/lombokexpress.id)