JAKARTA (Lombokexpresa.id)– Serangan teror yang mengatasnamakan agama dan ideologi tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga terjadi di belahan dunia lain.
Fenomena tersebut dipengaruhi oleh perkembangan informasi digital yang mempermudah dan mempercepat proses radikalisasi atau online radicalization.
“Terjadi percepatan proses radikalisasi dari tahun ke tahun terkait online radicalization yang membuka jalan untuk aksi lone wolf,” ujar Deputi Kerja Sama Internasional BNPT RI, Andhika Chrisnayudhanto dalam forum Joint Working Group (JWG) kerja sama penanggulangan terorisme Indonesia-Kanada yang pertama pada hari Selasa (31/1).
Andhika menambahkan jika kelompok terorisme memafaatkan internet sebagai media penyebaran propaganda, rekrutmen, perencanaan, persiapan dan pendanaan terorisme.
Mantan Direktur Kerjasama Regional dan Multilateral ini menjelaskan Indonesia sekarang ini tercatat sebagai negara medium-impacted terdampak terorisme, hal ini disebabkan oleh sejumlah serangan yang dilakukan kelompok teror pada tahun 2021.
“Indonesia menduduki peringkat 24 negara paling terdampak terorisme berdasarkan Global Terrorism Index 2022, tercatat sebagai negara yang medium-impacted,” jelasnya.
Andhika meyakini kondisi yang sama dihadapi banyak negara termasuk Kanada, oleh sebab itu dalam menghadapi kondisi tersebut, Indonesia dan Kanada akan menindaklanjuti Memorandum of Understanding yang diteken pada November 2022 lalu.
Director General Global Affairs Kanada Jennifer Loten berharap kerja sama bilateral yang telah terjalin dapat menjadi jawaban dalam menghadapi terorisme di level nasional, regional dan global.
“Saya berharap akan menjadi kemitraan yang bersifat jangka panjang, kita dapat mengidentifikasi serta berbagai masalah yang benar-benar membutuhkan perhatian dan kolaborasi untuk dapat mengatasi tantangan terorisme di Indonesia, di Kanada dan lebih luas lagi di dunia,” katanya. (BNPT/has)