JAYAPURA (Lombokexpress.id)–Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT ) terus hadir merangkul banyak pihak dengan pendekatan soft approach, mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan nilai toleransi. Hal tersebut ditunjukan dalam peresmian Papua Rumah Doa Segala Bangsa pada Minggu (3/07) di Sentani, Jayapura.
Dalam kesempatan ini Sekretaris Utama BNPT, Mayjen TNI Dedi Sambowo menyembunyikan sirine peresmian bersama tokoh lintas agama dan tokoh nasional seperti Mantan Kapolda Papua Paulus Waterpauw, Kabaintelkam Polri Irjen Ahmad Dofiri, Kepala Badan Litbang Kemendagri, Dr. Eko Prasetyanto, dan Ketua umum PGI Pdt. Gomar Gultom.
Nuansa moderat penuh dengan sikap saling menghargai antar umat beragama akan mencegah konflik di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang sangat beragam sebagaimana disampaikan Sestama BNPT .
“Kerukunan antar umat beragama harus diawali dengan cara pandang, sikap dan perilaku keagamaan yang moderat. Seperti yang kita lihat pada peresmian Papua Rumah Doa Segala Bangsa ini. Kita tahu, Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Maka, diperlukan seni dalam merawatnya, dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat kita dapat meminimalisir adanya konflik,” jelas Dedi.
Jenderal bintang dua ini menambahkan jika Papua Rumah Doa merupakan mitra BNPT dalam menyebarkan ajaran cinta kasih dan penyelesaian konflik tanpa kekerasan dengan gagasan moderasi beragama di Indonesia khususnya di Papua.
“Papua Rumah Doa Segala Bangsa adalah mitra BNPT dalam menyebarkan nilai cinta kasih dan penyelesaian konflik tanpa kekerasan,” tutup Sestama BNPT.
Senada dengan Dedi Sambowo, Pdt. Lipiyus Biniluk Ketua FKUB ( Forum Kerukunan Umat Beragama ) Papua sekaligus pendiri Papua Rumah Doa Segala Bangsa mengatakan bahwa latar belakang pendirian tempat ini adalah aktivitas doa yang menjadi kewajiban setiap umat beragama dan keinginannya membangun tempat berdoa bagi semua umat manusia tanpa memandang agama, suku dan ras.
“Saya mau katakan doa itu penting di agama manapun. Apalagi jika ditambah dengan puasa, itu momen yang kami percayai sebagai momen untuk menyadarkan diri bahwa manusia tidak mampu tanpa pertolongan Tuhan. Metode doa dan puasa ini pun kami lakukan dalam penyelesaian permasalahan – permasalahan di Papua. Papua rumah doa segala bangsa terbuka untuk siapapun, agama manapun,” paparnya.
Dirinya pun menceritakan pengalamannya dengan Kepala BNPT Komjen. Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H. tentang dukungan yang ia berikan terhadap kegiatan doa dan puasa saat masih menjabat sebagai Kapolda Papua periode 2017 – 2018
“Kepala BNPT saat masih menjabat sebagai Kapolda Papua mendukung kegiatan – kegiatan doa dan puasa yang kami lakukan, salah satu kalimat darinya yang saya ingat adalah ‘doa dan puasa membuka intervensi Tuhan dalam segala persoalan’, beliau benar – benar mendukung kami,” tambahnya.
Pendekatan melalui agama dan adat merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan kekerasan di Papua. Unsur agama dan adat kerap dilibatkan karena memiliki kohesivitas dalam kehidupan masyarakat Papua. (rls/bnpt)