MEDAN (Lombokexpress.id) – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Kedeputian Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Peningkatan Kemampuan Terhadap Petugas Pemasyarakatan dalam Rangka Penanganan Napiter di Sumatera Utara. Hal ini dilakukan guna menambah wawasan dan kompetensi para petugas pemasyarakatan dalam membina para napiter agar dapat kembali mencintai NKRI.
“Pentingnya kita memberikan atensi terhadap peningkatan kemampuan rekan-rekan kita di Lapas agar mereka mampu menangani napiter. Selain itu, mereka juga merupakan perpanjangan tangan BNPT dalam upaya mengembalikan pemahaman mereka pada NKRI,” jelas Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Irjen Pol. Ibnu Suhaendra, S.I.K ketika ditemui dalam kegiatan Pelatihan Peningkatan Kemampuan Terhadap Petugas Pemasyarakatan dalam Rangka Penanganan Napiter di Medan (25/8).
Deputi dua BNPT ini mengatakan jika dilihat dari beragam serangan teroris pernah terjadi di Sumatera Utara seperti penyerangan teroris di Polda Sumut tahun 2017, serangan bom Mapolrestabes Medan tahun 2019 hingga insiden bom Sibolga di tahun yang sama, para pelakunya memiliki beragam karakter, latar belakang, dan ideologi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi petugas pemasyarakatan.
Ia juga tidak lupa mengingatkan para sipir lapas akan kemungkinan terjadinya potensi penyebaran paham radikal oleh napiter terhadap narapidana lain juga merupakan tantangan yang luar biasa.
Sedangkan Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Ham RI, Thurman SM Hutapea, Bc.IP., S.H., M.Hum., menuturkan salah satu bukti nyata keberhasilan kolaborasi BNPT dengan petugas pemasyarakatan dapat dilihat dari 103 napiter yang berikrar setia NKRI.
“103 napiter yang kembali ke NKRI merupakan bukti kerjasama yang berhasil dengan BNPT. Buahnya sudah ada. Harapan saya kita terus berikan peningkatan kapasitas disamping untuk menambah wawasan petugas pemasyarakatan, agar mereka juga lebih memahami psikologis. Secara praktik dari berbagai sumber sehingga mereka punya pengalaman lebih dalam menangani napiter,” terangnya.
Sementara itu, mitra deradikalisasi BNPT, Marwan yang kini aktif berwirausaha juga menjelaskan jika kunci pendampingan napiter adalah bekerja dengan hati.
“Petugas pemasyarakatan harus melakukan segala cara dengan hati bukan ambisi, itulah kunci pendampingan. Mengingat peran mereka penting dalam hal menyadarkan napiter dari paham yang salah,” jelasnya.
Selain penanganan narapidana terorisme, pelatihan ini diharapkan juga dapat menjadi pelopor bagi para petugas lapas dalam mewujudkan kesiapan untuk menghadapi potensi ancaman terorisme dan merekatkan koordinasi antar petugas pemasyarakatan dengan Instansi terkait lainnya. Sebagai informasi, di Sumatera Utara sendiri, terdapat lima Lapas yang dihuni oleh 14 Napiter, tersebar di Medan, Tanjung Balai Asahan, Panyabungan, dan Padangsidempuan. (bnpt/has)