BOGOR (LOMBOKEXPRESS.ID)- Universitas Muhammadiyah Bogor Raya (UMBARA) bersama Yayasan Cinta Baca Bogor mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Elevating Intercultural Education for Humanity” pada Senin, 8 Juli 2024, di aula UMBARA.
Acara ini bertujuan meningkatkan pendidikan lintas budaya dan melestarikan warisan budaya Sunda.
Kegiatan FGD ini dihadiri oleh 27 peserta, termasuk civitas akademika UMBARA, organisasi mahasiswa, dan duta baca UMBARA, serta narasumber dari UMBARA dan Yayasan Cinta Baca. Acara juga menghadirkan beberapa pembicara tamu dari Amerika Serikat.
Acara ini juga menjadi momen penandatanganan MoU antara UMBARA dan NGO Cinta Baca, serta kerjasama dengan perguruan tinggi atau lembaga pendidikan di Amerika. Kerjasama tersebut mencakup pengajaran BIPA, pertukaran budaya, penambahan koleksi buku perpustakaan UMBARA dan spot POS BACA, peluang beasiswa kebudayaan, serta program literasi untuk anak usia dini (PAUD).
Rektor UMBARA, Dr. H. Edi Sukardi M.Pd., membuka acara dengan harapan bahwa FGD ini dapat meningkatkan minat literasi masyarakat, khususnya mahasiswa UMBARA, dengan dukungan dari Yayasan Cinta Baca dan praktisi pendidikan dari Amerika Serikat. “Diharapkan kegiatan FGD ini dapat meningkatkan minat literasi masyarakat khususnya mahasiswa UMBARA dengan bantuan dari Yayasan Cinta Baca yang didukung oleh praktisi pendidikan dari Amerika Serikat,” tuturnya.
Direktur Nasional Yayasan Cinta Baca, Dian Kusumawati, menyatakan, “Kami berupaya mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas dan menumbuhkan minat baca pada masyarakat Indonesia, terutama pada anak-anak.”
Tiga pembicara tamu dari Amerika Serikat yang ahli di bidang literasi turut hadir dalam acara ini. Mr. Josh Fortier, seorang guru High School STEM, berbagi pengalaman mengenai pentingnya membaca dan mempelajari matematika untuk mengkaji semua bidang ilmu pengetahuan. “Saya mengarahkan siswa untuk berpikir kritis dengan membaca dan mempelajari matematika, sehingga dapat mengkaji semua bidang ilmu pengetahuan. Dengan menguasai dua hal ini, seseorang dapat menyelesaikan semua masalah,” ujarnya.
Samuel Shaw, seorang guru sekolah dasar, menekankan pentingnya membaca sebagai pondasi dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan memahami budaya. “Membaca adalah pondasi dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Membaca juga dapat membantu memahami kitab suci masing-masing untuk mengerti arti Tuhan. Selain itu, membaca dapat mengenal budaya dan membantu mengajarkan budaya dengan penuh kasih sayang dan cinta,” tuturnya.
Dr. Sam Shaw, mantan kepala sekolah dan konselor, menegaskan pentingnya perpustakaan dalam meningkatkan literasi. “Membaca dapat mengubah kehidupan. Maka, tingkatkan literasi dengan menyediakan perpustakaan di sekolah/universitas dan tentu saja harus ada dukungan dari keluarga untuk meningkatkan minat membaca anak,” ujarnya dengan penuh semangat.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMBARA, Yusuf Haryanto, mengatakan, “Budaya organisasi UMBARA mengacu pada sifat Muhammadiyah, yakni beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan. Selain itu, organisasi ini juga mengadaptasi filosofi kebudayaan Sunda untuk nilai-nilai silih asah, silih asih, dan silih asuh.”
Dekan Fakultas Kesehatan dan Sains, Rudi Haryono, berharap setelah penandatanganan MoU ini, kerjasama yang harmonis dalam bidang penelitian, seminar, maupun pertukaran mahasiswa dapat terjalin. “Kami mengharapkan setelah MoU ini dapat menjalin kerjasama yang harmonis dalam bidang penelitian, seminar, maupun pertukaran mahasiswa,” tuturnya.
FGD ini dihadiri oleh para kepala departemen, dosen, dan mahasiswa dengan antusiasme tinggi. Semoga kegiatan ini dapat meningkatkan literasi dan budaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. SALAM LITERASI! (rls)