LOBAR, LOMBOKEXPRESS.ID– Ribuan warga Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, NTB, memeriahkan prosesi Pujawali dan Perang Topat di Pura Lingsar. Ritual ini menjadi simbol keharmonisan antara umat Hindu dan Islam di daerah NTB.
Dalam pidato Pj Gubernur, Miq Gite, mengajak masyarakat memanfaatkan momentum perang ketupat untuk memperkuat silaturahmi dan menanamkan nilai toleransi. “Pujawali perang ketupat bukan hanya ritual tahunan, tapi juga momentum menghidupkan semangat toleransi dalam pembangunan daerah dan negara,” ujar Miq Gite.
Gubernur juga mengingatkan akan pentingnya persatuan menjelang pemilihan umum 2024, mengimbau agar perbedaan aspirasi tidak menjadi sumber konflik. Terima kasih disampaikan kepada Bupati Lombok Barat atas upaya bersama dalam menjaga warisan dan semoga semangat perang ketupat terus terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari.
Bupati Sumiatun menekankan perang ketupat adalah tradisi budaya tahunan masyarakat Lombok, diadakan sebagai bentuk syukur atas hasil panen. Ritual dimulai dengan kemaliq di Pura Lingsar, diikuti oleh saling lempar ketupat antara umat Hindu dan Muslim sebagai wujud toleransi dan pluralisme.
Ketua Panitia Pujawali, A. A. Ketut Agung Oka Kartha Wirya, menjelaskan bahwa Kemaliq Perang Topat merupakan bagian dari rangkaian pujawali di Pura Lingsar. Prosesi melibatkan umat Hindu dalam persiapan, maturan ayunan, hingga persembahyangan bersama. Acara malam dilanjutkan dengan pementasan seni budaya.
Sekretaris panitia, I Made Putra Usahada SH, menyampaikan kegembiraan atas keberhasilan acara. “Masyarakat dua agama bersatu dalam satu acara, contoh yang patut dijaga. Terima kasih kepada semua koordinator panitia pujwali dan Perang topat sukses ,” ungkapnya.
Semangat toleransi dan kerukunan umat beragama terus menjadi bagian hidup di Lombok Barat, tercermin melalui kemeriahan Pujawali dan Perang Topat di Pura Lingsar yang sukses menggambarkan kebersamaan dan keindahan keberagaman. (nang)