Pesona Selong Belanak, Permata Tersembunyi di Lombok Tengah

Penulis: Nadia Rafilah A*

KALAU kamu berkunjung ke Pulau Lombok, ada satu pantai yang sering membuat siapa pun jatuh cinta pada pandangan pertama — Pantai Selong Belanak. Letaknya di Desa Selong Belanak, Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, sekitar satu jam perjalanan dari Kota Mataram. Tapi kalau kamu datang dari bandara, waktunya lebih singkat, hanya sekitar 40 menit saja.

Nama pantai ini cukup unik. “Selong” berarti tanah lapang atau padang rumput, sementara “Belanak” adalah nama sejenis ikan yang dulu banyak ditemukan di sana. Dua kata itu seperti mewakili keindahan alamnya: hamparan pantai yang luas berpadu dengan bukit-bukit hijau di kejauhan — sebuah lanskap yang terasa tenang sekaligus memikat.

Dulu, Selong Belanak hanyalah perkampungan nelayan yang sepi. Di sepanjang bibir pantainya, kamu bisa melihat deretan perahu kayu, bukti bahwa sebagian besar penduduk menggantungkan hidup dari laut. Tapi sejak awal tahun 2000-an, segalanya mulai berubah. Ketika kelompok sadar wisata (Pokdarwis) terbentuk, pantai ini pelan-pelan berbenah. Vila-vila bermunculan, fasilitas wisata dibangun, dan Selong Belanak pun menjelma menjadi salah satu destinasi favorit di Lombok.

Yang membuat pantai ini istimewa bukan hanya pasir putihnya yang lembut seperti tepung, tapi juga ombaknya yang unik. Di bagian utara, ombaknya besar dan agresif — surga bagi para peselancar. Tapi di bagian selatan, air lautnya tenang, cocok untuk bermain air atau sekadar berendam sambil menikmati langit biru. Dua karakter ombak dalam satu pantai, jarang sekali ditemukan di tempat lain.

Menjelang sore, Selong Belanak berubah menjadi panggung alam yang magis. Saat matahari mulai turun perlahan ke balik bukit, sinarnya memantul di permukaan laut yang jernih dan pasir yang berkilau lembut. Banyak wisatawan yang sengaja datang hanya untuk menunggu momen ini — menikmati sunset dengan segelas kelapa muda di tangan, sambil mendengarkan debur ombak yang pelan-pelan menenangkan.

Pantai ini juga punya beragam kuliner lokal yang bisa kamu cicipi. Setelah puas berselancar atau berfoto, kamu bisa mampir ke warung-warung di tepi pantai yang menyajikan ikan bakar segar, sambal plecing, atau sekadar es kelapa yang manisnya pas. Pengalaman yang sederhana, tapi selalu membekas.

Meski fasilitas di Selong Belanak sudah cukup lengkap — mulai dari area parkir, toilet umum, tempat ibadah, hingga kursi dan payung di tepi pantai — semuanya dikelola dengan sistem retribusi sederhana oleh masyarakat setempat. Dulu mereka nelayan, kini mereka juga pelaku wisata. Inilah bentuk adaptasi yang indah: laut masih memberi kehidupan, hanya dengan cara yang berbeda.

Namun, dengan semakin ramainya wisatawan, tantangan baru pun muncul. Kebersihan dan kelestarian lingkungan harus tetap dijaga. Pengelolaan fasilitas publik perlu ditingkatkan agar wisatawan merasa nyaman. Masyarakat lokal juga perlu terus diberdayakan — dilatih untuk mengelola usaha kecil, homestay, hingga penyewaan papan selancar.

Selong Belanak sejatinya bukan sekadar pantai indah, tapi juga kisah tentang perubahan. Tentang bagaimana sebuah kampung nelayan bisa tumbuh menjadi destinasi dunia tanpa kehilangan jati dirinya. Dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku wisata, Pantai Selong Belanak bukan hanya akan menjadi kebanggaan Lombok, tapi juga contoh wisata berkelanjutan yang menghidupkan — bukan menghabiskan — alamnya. (*)

*Mahasiswa Pariwisata Syariah (S1), UIN Mataram

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *