Perjalanan Panjang Abdus Syukur di Dunia Jurnalistik

ABDUS SYUKUR, seorang tokoh jurnalistik yang namanya telah mengakar kuat di Nusa Tenggara Barat, memulai perjalanan kariernya sejak 1989.

Ia mengawali langkah di dunia pers dengan menulis di Koran Nusa Tenggara, media milik Kodam Udayana. Di sinilah Syukur mendapatkan bekal awal dalam dunia jurnalistik, mulai dari teknik penulisan hingga etika jurnalistik.

Koran ini menjadi “sekolah” pertamanya yang membentuk fondasi keterampilannya dalam menyampaikan berita.

Tak lama setelah itu, Syukur merambah ke tingkat nasional dengan bergabung sebagai koresponden di Suara Karya, salah satu surat kabar terkemuka di Jakarta.

Berada di lingkungan media yang memiliki reputasi tinggi, ia memperdalam pemahamannya tentang jurnalistik profesional. Pengalaman menjadi koresponden Suara Karya bukan hanya melatihnya dalam menyajikan berita yang akurat dan berkualitas, tetapi juga memperluas jejaringnya di dunia pers, baik di level lokal maupun nasional.

Namun, kecintaannya pada daerah membawa Syukur kembali ke Mataram. Di kota ini, ia bergabung dengan Suara Nusa, sebuah media lokal yang kemudian berubah menjadi Lombok Post, bagian dari grup besar Jawa Pos.

Di bawah bendera Lombok Post, Syukur menunjukkan kapasitasnya sebagai wartawan yang berdedikasi. Kariernya terus menanjak hingga mencapai puncak pada 2012, ketika ia dipercaya menjadi Pemimpin Redaksi.

Dalam posisi ini, ia tidak hanya mengelola redaksi, tetapi juga membentuk narasi besar yang membawa pengaruh signifikan terhadap perkembangan jurnalistik di Nusa Tenggara Barat.

Sejak 2013, Syukur membuka lembaran baru dalam kariernya. Ia diamanahkan menjadi Pemimpin Umum Radar Mandalika, sebuah media lokal yang tumbuh menjadi salah satu corong informasi penting di NTB.

Dalam peran barunya, ia tak hanya fokus pada pengelolaan media, tetapi juga memastikan bahwa Radar Mandalika menjadi media yang berintegritas dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Selain mengelola media, Syukur juga aktif dalam pengembangan kualitas jurnalistik di Indonesia. Pada tahun 2023, ia ditunjuk sebagai Penguji Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dan diangkat menjadi Ahli Pers di Dewan Pers.

Dua jabatan strategis yang menunjukkan pengakuan atas keahliannya di dunia jurnalistik. Sebagai penguji UKW, pria yang disapa pak haji itu berkomitmen mencetak wartawan yang profesional dan berintegritas, sementara perannya sebagai Ahli Pers di Dewan Pers menempatkannya dalam posisi penting untuk menjaga dan mengawal standar jurnalistik di Indonesia.

Kini, dengan pengalaman lebih dari tiga dekade, Abdus Syukur menjadi sosok yang “disegani” di dunia jurnalistik. Ia tidak hanya dikenal sebagai jurnalis senior, tetapi juga sebagai mentor bagi generasi muda. Perjalanannya membuktikan bahwa dengan dedikasi, kerja keras, dan komitmen terhadap nilai-nilai profesionalisme, seseorang dapat mencapai puncak karier sekaligus memberi kontribusi besar bagi masyarakat.

Abdus Syukur adalah cerminan wartawan sejati—sosok yang tak hanya menulis sejarah, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah itu sendiri. (red/*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *