KUTA, LOMBOKEXPRESS.ID- Mengenang 21 tahun tragedi Bom Bali, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT) Komjen Pol. Prof. Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.Si., mengajak masyarakat untuk menolak ideologi kekerasan, radikalisme dan terorisme.
“Kita semua juga menolak dan mengutuk segala bentuk ideologi kekerasan, radikalisme dan tindakan teror yang tidak berperikemanusiaan dengan mengatasnamakan agama,” kata Rycko dalam Doa Perdamaian Bersama Penyintas Bom Bali pada Kamis (12/10).
Ledakan bom yang terjadi pada tahun 2002 dan 2005 ini menjadi serangan paling mematikan dalam sejarah Indonesia. Lebih dari 300 orang dari 22 negara meninggal dunia dan luka-luka. Kelompok teroris Jamaah Islamiyah atau JI menjadi aktor di balik tragedi tersebut.
Walaupun saat ini angka serangan fisik menurun, Kepala BNPT mengimbau agar masyarakat terus waspada terhadap serangan ideologi kekerasan yang mengatasnamakan agama. Membangun kesadaran nasional terhadap bahaya dan dampak radikalisme terorisme harus dibangun agar tidak ada lagi aksi teror seperti Bom Bali.
“Kepada para pelaku dan pendukung ideologi kekerasan terorisme agar segera sadar, hentikan kekerasan sekarang juga, mari kita jaga perdamaian, kemanusiaan dan hidup yang harmoni,” imbuhnya.
Rycko juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu mengungkap kasus Bom Bali serta melakukan pemulihan terhadap para korban.
Doa Perdamaian yang diselenggarakan di Monumen Tragedi Bom Bali ini turut dihadiri oleh Kepala LPSK, Pj Gubernur Bali, Kapolda Bali, serta penyintas Bom Bali. (bnpt/red)