BANDUNG, LOMBOKEXPRESS.ID- Proses belajar-mengajar Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI), Rabu (7/2) memasuki hari kedua. SJI langsung berjalan setelah dibuka oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim, Selasa (6/2/2024).
Nadiem Makarim mengatakan keberadaan SJI yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) merupakan langkah yang tepat, mengingat perkembangan teknologi terkini, seperti kecerdasan buatan terus bergerak maju. Para wartawan harus dibekali keterampilan menghadapi semua perkembangan teknologi.
Setelah pembukaan SJI, langsung dilanjutkan dengan kuliah kebangsaan yang berikan oleh Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Hendry Ch. Bangun dan kuliah filosofi profesi wartawan oleh Ketua Komisi Pendidikan dan Pelatihan PWI Pusat Marah Sakti Siregar.
Rabu (7/2) pagi dilanjutkan dengan kuliah integritas yang disampaikan Prof Ibnu Hamad dari Universitas Indonesia, lalu dilanjutkan dengan kuliah multi tasking, perencanaan berita, dan berpikir kritis.
Sebelum menyampaikan materi, pengajar SJI berkumpul men-sinkron-kan materi ajar yang akan mereka sampaikan masing-masing. Para pengajar yang hadir pada hari kedua antara lain Ahmed Kurnia (pengajar dan Direktur SJI), Iman Handiman (Wakil Direktur), Marah Sakti Siregar (pengajar SJI- Ketua Komisi Pendidikan dan Pelatihan PWI Pusat), dan para pengajar lainnya Dr Zarman Syah dan Dr Suprapto, Dr Imam JP, Haryo Ristamaji, M.Kom.
SJI mengambil tempat di Gedung PWI Jawa Barat, Jalan Wartawan II, Kota Bandung. Para siswanya berasal dari Bandung dan kota/kabupaten se-Jawa Barat.
Teknologi Telah Mengubah
Menteri Nadiem Makarim dalam kesempatan pembukaan SJI mengatakan, keberadaan SJI yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (SJI) merupakan langkah yang tepat, mengingat perkembangan teknologi terkini, seperti kecerdasan buatan terus bergerak maju.
“Teknologi telah merubah segala aspek sektor jurnalisme. Tapi itu bukan alasan untuk menurunkan kualitas jurnalisme. Kita harus berkompetisi dengan kecerdasan buatan sekarang. Kita harus berintegritas, berpikiran kritis, kita harus menulis dengan hati nurani, karena itu yang tidak dimiliki oleh mesin kecerdasan buatan,” kata Nadiem yang datang ke Bandung dengan menggunakan kereta api cepat Whoosh Jakarta- Bandung.
Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Hendry Ch. Bangun menyebut SJI merupakan lanjutan dari program yang sebelumnya sudah digagas tahun 2010.
Di depan Nadiem Makarim dan PJ Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin bersama sejumlah perwakilan perguruan tinggi ternama di Bandung, jajaran pengurus PWI Jawa Barat yang diketuai H. Hilman Hidayat, serta para siswa SJI, Hendry Ch Bangun mengatakan, SJI merupakan program peningkatan kompetensi dan wawasan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Di kalangan wartawan, SJI adalah ikon dari PWI yang sudah berjalan sejak lama. “Pada saat itu, pertama kali diadakan di Palembang tahun 2010 dengan pemberi kuliah pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Untuk kali ini, multi tasking jurnalisme menjadi andalan silabus SJI. Termasuk berpikir kritis, berwawasan kebangsaan, dan menjaga integritas,” ungkap Hendry yang hadir ke Bandung bersama Sekjen PWI Pusat Sayid Iskandarsyah dan pengurus lainnya.
Menurut Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat Mohammad Nasir, SJI merupakan program pendidikan bagi wartawan anggota PWI yang dilaksanakan secara mobile (keliling) dari provinsi ke provinsi. Tujuannya, untuk mendekatkan SJI dengan para wartawan yang membutuhkan tambahan pengetahuan dan keterampilan jurnalisme terbaru, dengan mempertajam multi-tasking, integritas, kebangsaan, dan critical thinking.
Sementara itu, Direktur SJI Ahmed Kurnia, menambahkan tentang proses rekrutmen untuk pengajar SJI yang dipilih adalah para wartawan senior yang memiliki jam terbang tinggi. “Selain punya pengalaman, mereka juga punya wisdom yang bisa dibagikan kepada wartawan muda,” katanya.
Pada kesempatan terpisah Zarman Syah, pengajar SJI yang juga peneliti di lembaga internasional UNITAR (United Nation Training and Research) mengatakan, kehadiran SJI sudah tepat pada zamannya.
“Sekarang ini adanya ancaman terhadap profesionalisme wartawan dengan kehadiran mesin pintar AI. Maka tidak bisa dielakkan lagi kemampuan dan pengetahuan serta keterampilan wartawan harus terus-menerus ditingkatkan,” kata Zarman. (*)