MATARAM (LE)— Dalam suasana penuh khidmat dan kebersamaan, umat Hindu dari berbagai wilayah di Cakranegara dan sekitarnya disempurnakan dengan kedatangan umat Hindu dari Lombok Barat sekitarnya, melaksanakan Persembahyangan Bersama menjelang Pujawali di Pura Kayu Putih, yang berlokasi di Jalan Panji Anom, Pagutan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini digelar sebagai bagian dari persiapan menjelang pelaksanaan Pujawali Pura Kayu Putih yang akan berlangsung pada 4 Desember 2025.
Persembahyangan dimulai pukul 16.00 WITA dan dipuput oleh Ida Pedanda Gede Made Buana Raksa Sebali Wisnawa dari Gria Cemara. Selain sembahyang bersama, kegiatan ini juga diisi dengan mejaye-mejaye bagi seluruh pemedek yang hadir, sebagai bentuk penyucian diri dan permohonan kerahayuan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan menangnya sipat Dahrma agar pelaksanaan pujawali dapat berjalan lancar dan penuh berkah.
Ketua Pura Kayu Putih, I Wayan Yogi Swara, S.H., dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya acara sembahyang bersama ini.
“Suksme Ida Sang Hyang Widhi Wasa, acara sembahyang bersama matur piuning telah berjalan dengan lancar. Terima kasih kepada Ida Pedanda Gede Buana Raksa Wisnawa yang telah muput acara ini yang mberi motifasi semangat Jangan ragu akan dharmamu. Kami juga berterima kasih kepada seluruh umat yang antusias membantu pembangunan pura,” ujar Yogi Swara.
Ia menambahkan, semangat gotong royong umat sangat terasa dalam kegiatan ini. Salah seorang sahabat umat Ibu kartika elektronik (Bali) juga berpartisipasi memberikan sumbangan Padmasana senilai Rp15 juta, anggota dewan Bapak Ical, serta Pak Mangku Guru Gede Wenten dan umat lainnya turut menyumbang dana ngerurah sebesar Rp8 juta. Banten pun disumbangkan langsung oleh Biang Pedande. Acara ini juga dihadiri oleh Ketua Puskor Hindunesia Korwil NTB, PSN Provinsi NTB, KOMUNITAS RADIO PGSM, Kabid Bimas Hindu Provinsi NTB, Kasat Narkoba KLU serta masyarakat umat Hindu yang hadir dengan penuh semangat.
Sementara itu, Ida Pedanda Gede Buana Raksa Wisnawa dalam dharmadesanya mengajak umat sedharma untuk tetap menjaga semangat kebersamaan dan gotong royong dalam menjaga serta membangun pura-pura yang masih membutuhkan perhatian, ” Belajarlah dari Tawon yang kecil bila bersatu dia bisa membuat rumah besar dan menakutkan bahkan buat gajah dan singa” Linggis yang keras tak ada gunanya bila tidak ada yang menggerakkannya bagaikan ilmu sepintar apapun bila tanpa praktek kegunaannya sama dengan tak ada artinya , Satu tindakan lebih baik dari beribu tiori tanpa tindakan.
“Mari umat sedharma bergotong royong menyiapkan dana, walau seiklasnya untuk pura-pura lama yang belum tersentuh anggaran. Hanya umatlah yang bisa membantu agar pura menjadi tempat yang layak dan indah untuk sembahyang,” tutur Ida Pedanda.
Beliau juga menyampaikan makna filosofis dari keberadaan pohon kayu putih yang menjadi ciri khas pura ini.
“Lihatlah pohon purba ini—pohon kayu putih yang Ratusan tahun berdiri kokoh. Filosofinya melambangkan kehidupan, memberikan oksigen dan kesejukan, meneduhkan umat dalam sembahyang, serta mencerminkan keseimbangan kehidupan, bila di kupas dalam Lontar rare angon catur pesanakan & gandhapat , pohon ini adalah Sdr kita Bhanaspati Raja / Maha Kala / Iratu Nyoman bagus Pengadangan, bila ada dalam sakit maka dengan memutari pohon besar ini memluknya sambil melakukan permohonan untuk kesembuhan astungkara anda sehat jauh dari penyakit terutama penyakit gaib ” ujarnya penuh makna.
Persembahyangan bersama ini menjadi momentum spiritual untuk mempererat kebersamaan dan memperkuat keyakinan umat dalam mempersiapkan pelaksanaan Pujawali mendatang.
Dengan penuh harapan, umat memohon agar Pujawali Pura Kayu Putih dapat berlangsung lancar, membawa kerahayuan dan kedamaian bagi seluruh umat sedharma. (nang)
Om Shanti Shanti Shanti Om.












