Balada Keluarga Desa (1)

Pilihan yang Berat

Kehidupan di desa semakin sulit bagi keluarga Pak Hasan. Harga hasil panen turun drastis, dan biaya hidup terus meningkat. Lina semakin gundah dengan impiannya melanjutkan sekolah di kota. Ia tahu betul, kondisi keluarga tidak memungkinkan.

Di sisi lain, Rudi merasa tanggung jawab sebagai anak laki-laki tertua semakin berat. Dia ingin membantu lebih banyak, tapi ladang tak lagi menghasilkan seperti dulu.

“Pak, aku dapat informasi dari teman. Di kota ada banyak lowongan kerja,” kata Rudi suatu malam saat makan bersama. “Aku bisa ke sana, cari pekerjaan. Lumayan, buat bantu keluarga.”

Pak Hasan menatap Rudi dengan sorot mata berat. Keputusan merantau bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi seorang pemuda yang belum pernah jauh dari rumah.

“Lina, bagaimana dengan rencanamu sekolah di kota?” tanya Bu Ani, khawatir. “Kamu masih mau lanjut?”

Lina hanya diam. Ia tahu keluarganya sedang dalam kesulitan, dan pergi ke kota untuk sekolah rasanya seperti mementingkan diri sendiri.

“Kita bicarakan nanti. Yang penting kita harus bertahan dulu di sini,” kata Pak Hasan akhirnya.

Beberapa minggu kemudian, Rudi memutuskan untuk merantau. Dengan berat hati, Pak Hasan dan Bu Ani mengantar kepergiannya. Hanya membawa tas kecil berisi pakaian, Rudi berangkat menuju kota. Di dalam hatinya, ia berharap bisa segera mengirim uang untuk keluarganya.

Di kota, kehidupan tidak semudah yang dibayangkan. Pekerjaan yang ia harapkan ternyata tak mudah didapatkan. Ia harus tidur di rumah kos kecil, berdesakan dengan pekerja lain, dan menghadapi persaingan yang ketat. Meski begitu, Rudi tak menyerah. Hari demi hari ia berkeliling mencari pekerjaan.

Suatu hari, ia mendapat pekerjaan di sebuah pabrik kecil. Meski gajinya tak seberapa, Rudi mulai merasa ada secercah harapan untuk membantu keluarganya. Setiap bulan, ia menyisihkan sebagian gajinya untuk dikirim ke desa. (ai/bersambung)

Ilustrasi Foto: bing.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *