Dikira Aman, Ternyata Mematikan! Kawah Rinjani Telan Nyawa Pendaki Brasil

Dunia pendakian kembali berduka. Seorang pendaki asal Brasil berinisial JDSP (27) ditemukan meninggal dunia setelah terjatuh ke dalam kawah Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Korban ditemukan oleh tim SAR gabungan pada Selasa (24/6) di kedalaman sekitar 600 meter di dalam kawah.

Tragedi ini mengundang keprihatinan dari berbagai kalangan, termasuk pendaki profesional sekaligus pendiri komunitas pecinta alam Elpala, Dar Edi Yoga. Saat menjadi narasumber di Studio KompasTV, Rabu (25/6), Edi Yoga menyoroti pentingnya kewaspadaan dan persiapan mental saat berada di jalur pendakian, apalagi di kawasan ekstrem seperti puncak Rinjani.

“Bisa saja korban terlalu dekat ke bibir kawah untuk berfoto dengan latar Danau Segara Anak yang memang luar biasa indah, tanpa sadar ia tergelincir. Atau mungkin ia sekadar duduk beristirahat di tepi kawah dan kehilangan keseimbangan. Itu sangat mungkin terjadi,” jelas Edi Yoga.

Selain faktor kelalaian, Edi juga mengingatkan bahaya mountain sickness atau penyakit ketinggian yang dapat menyebabkan gangguan kesadaran, halusinasi, bahkan kehilangan kendali tubuh. Kondisi ini sering kali tidak disadari oleh pendaki, khususnya mereka yang baru pertama kali mendaki gunung dengan ketinggian di atas 3.000 meter.

Edi juga menambahkan, ada kemungkinan saat terguling hingga dasar kawah, korban masih dalam keadaan hidup. Namun, benturan keras yang terjadi berkali-kali membuatnya kehilangan kesadaran. Lokasi jatuh yang berada jauh di bawah menyebabkan upaya pertolongan menjadi sangat sulit.

“Dalam kondisi tubuh yang sudah cedera parah, ditambah cuaca dingin ekstrem di dasar kawah, besar kemungkinan korban mengalami hipotermia dan akhirnya meninggal dunia,” jelas Edi.

Sebagai pendaki senior, ia menegaskan pentingnya persiapan matang sebelum mendaki, baik dari sisi fisik, mental, peralatan, maupun pengetahuan dasar tentang jalur dan risiko.

“Mendaki gunung itu olahraga sunyi, tidak ada tepuk tangan atau sorak-sorai ketika kita mencapai puncaknya. Jadi, tidak perlu terburu-buru. Nikmati setiap langkah, nikmati setiap sudut pemandangan, tapi selalu utamakan keselamatan,” tegas Edi.

Lebih jauh, ia menyarankan agar pemerintah dan pengelola kawasan wisata alam melengkapi jalur pendakian gunung-gunung favorit dengan satuan rescue yang memadai. Tim tersebut, menurutnya, harus mendapatkan pelatihan intensif dari Basarnas agar siap menghadapi situasi darurat.

“Jangan tunggu kejadian serupa berulang. Keselamatan pendaki harus jadi prioritas, apalagi di gunung-gunung yang sudah jadi tujuan wisata internasional seperti Rinjani,” pungkasnya.

Pihak berwenang hingga kini masih menyelidiki kronologi lengkap peristiwa jatuhnya JDSP. Sementara itu, jenazah korban saat ini tengah diupayakan dievakuasi agar dapat diserahkan ke pihak keluarga melalui Kedutaan Besar Brasil di Indonesia. (**)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *