Ribuan Umat Hindu Lombok Tengah Hadiri Puncak Ngeroras Bersama Puskor Hindunesia: Dipuput Oleh Tri Sadhaka

LOMBOK TENGAH (LE)–Upacara Puncak Ngeroras Massal (Bersama) yang diikuti Korda Lombok Tengah dan Korwil NTB Puskor Hindunesia di Dusun Jenggala, Desa Bilabante, Kecamatan Pringgarata, pada Minggu (23/11/25), berlangsung khidmat dan dipadati ribuan umat Hindu. Lokasi upacara yang berada di tengah areal persawahan itu sejak pagi dijejali kedatangan keluarga peserta Ngeroras, yang penuh antusiasme mengikuti rangkaian Pitra Yadnya ini.

Pantauan di lapangan menunjukkan suasana penuh sesak hingga banyak hadirin tidak ke sebagian tempat duduk. Namun demikian, seluruh rangkaian acara tetap berjalan lancar sesuai harapan panitia. Sejumlah tokoh umat Hindu, perwakilan organisasi kemasyarakatan Hindu, serta Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah turut hadir memberikan dukungan.

Ketua Dekorda Lombok Tengah sekaligus Ketua Panitia Karya, Made Sudarma, tampak memimpin kegiatan dengan sigap. Ia memastikan seluruh tahapan berjalan tertib melalui koordinasi intensif dengan Ketua Dekorwil NTB dan Dewan Korwil Nasional. “Sebagai gawe rintisan yang pertama diadakan di desa kami, saya merasakan kepuasan batin melihat semuanya sejauh ini berjalan dengan sangat baik,” ungkapnya.

Di tengah kelelahan akibat persiapan yang panjang, tim panitia mengaku bangga karena kegiatan besar pertama ini dapat terlaksana. Berkat dukungan penuh Ketua Dekorwil NTB Ni Komang Puspita, para pengayah bekerja kompak dan saling melengkapi.

“Riak-riak kecil pasti ada,” ujar Puspita. “Tetapi tan hana wong swasti anulus, tidak ada manusia tanpa kekurangan. Semua catatan menjadi pelajaran untuk lebih baik ke depan. Beruntung kami selalu mendapat semangat dari Tuaji Ketum, sehingga kami kuat menjalankan tugas pelayanan dharma ini.”

Dalam berbagai hal, Ketua Umum Dekornas Puskor Hindunesia, Dr.(HC) Ida Bagus K. Susena, S.Kom, kembali menekankan pentingnya menjalankan upacara berbasis ning lan lascarya atau ketulusan hati. Ia menekankan bahwa gotong royong adalah kunci agar umat dapat menjalankan yadnya tanpa beban biaya besar.

“Inilah wujud nyata slogan aksi Puskor Hindunesia: peka, tanggap, solusi, ketika umat terbebani bila melaksanakan upacara secara individu.Melalui karya massal seperti ini, kita kuatkan persatuan. Sekaligus mengajarkan pemahaman yang benar tentang konsep Tri Sadhaka, agar tidak disalahartikan menjadi Sarwa Sadhaka yang berpotensi ditunggangi kepentingan kelompok tertentu,” tegasnya.

Upacara Ngeroras sendiri merupakan ritual lanjutan setelah Ngaben, yang bertujuan menyucikan Atman agar mencapai status Dewa Pitara. Persiapan upacara telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari program Dekorwil NTB untuk mencerahkan “hutang” (Rna) keluarga kepada para leluhur.

Upacara resmi dimulai sejak 20 November 2025 dengan pelaksanaan Pecaruan dan pembersihan lokasi. Tahun ini, sebanyak 117 Sekah dari Lombok Tengah dan Lombok Barat mengikuti Ngerora Massal. Panitia mengungkapkan bahwa jumlah pendaftar sebenarnya lebih banyak, namun dibatasi karena keterbatasan tempat dan tenaga pengayah.

Acara puncak hari ini juga turut dihadiri Kabid Hindu Kemenag NTB I Gde Suberata, SE, M.Ag, Ketua Dewan Pembina Dekorwil NTB JM Gede Wenten, Sm.Hk, serta dermawan dharma I Nengah Sudiartha yang secara tulus meminjamkan lahannya sebagai lokasi upacara.

Yang membuat upacara kali ini istimewa adalah pemuputan karya yang dilakukan secara lengkap oleh Tri Sadhaka lintas soroh/wangsa, sebuah hal bersejarah bagi Lombok.

Para pemuput tersebut adalah:

Ida Pedanda Istri Ketut Rai Manuaba (Siwa)

Ida Pandita Mpu Jayendra Dhaksa Yoga Santi (Siwa)

Ida Pedanda Made Jelantik Dwija Putra (Sogata/Buda)

Ida Rsi Bujangga Waisnawa Surya Adnyana (Bujangga/Waisnawa)

Besok, rangkaian Ngeroras akan ditutup dengan Nyegara Gunung di Pura Batu Bolong, dilanjutkan dengan Nilapati dan Nyebit, sebelum masing-masing Sekah kembali ke pemerajan atau pelinggih keluarga.

Dengan pelaksanaan yang meriah, tertib, dan penuh rasa kebersamaan, Ngeroras Massal Puskor Hindunesia di Lombok Tengah hari ini menjadi momentum bersejarah bagi umat Hindu di NTB—sebuah wujud nyata persatuan, ketulusan, dan kekuatan dharma dalam bingkai Tri Sadhaka. (nang)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed